Pinokio
flickr:1293720386

Judul - Pinokio
Jenis Buku - Novel Anak (Fantasi)
Penulis - Carlo Collodi
Ilustrator - William D. Kuik
Tebal - 281 hal.
Penerbit - Liliput, 2005
ISBN - 9793813024
Harga - Rp 29.000,-

“Kita harus menemukan jalan untuk keluar dari sini,” kata Pinokio.
“Keluar?” sahut Gepeto. “Ya, tapi bagaimana caranya?”
“Kita akan melarikan diri melalui mulut hiu, melompat ke laut dan kemudian berenang menjauh!”
“Tentu caranya seperti itu, Pinokioku sayang-tapi aku tak bisa berenang.”
“Aku seorang perenang yang baik. Kau bisa naik ke punggungku dan aku akan membawamu ke tepi pantai dengan selamat.”
“Tak ada gunanya, anakku,” jawab Gepeto yang menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum getir. “Sebuah boneka bertinggi hanya tiga kaki sepertimu takkan cukup kuat untuk berenang jika aku ada di atas punggungmu.”

“Cobalah, dan kau akan tahu!”

Ketiga puluh enam bab petualangan Pinokio yang versi aslinya dibuat berseri ini masing-masing merupakan petualangan tersendiri dalam kehidupan sebuah boneka yang sebenarnya berhati baik tapi salah arah.

Sang pengarang, Carlo Collodi, nampaknya lebih bebas berekspresi dengan tokoh yang dipahat dari kayu daripada, barangkali, jika dia memilih bercerita tentang anak laki-laki (sungguhan) dengan ayahnya. Kisah sebuah boneka yang berhati baik tapi gampang terbujuk ini bisa membuat kita menertawakan kenakalannya namun juga menjatuhkan simpati pada perasaannya yang murni. Sang pengarang menyampaikan kebenaran universal sehingga membuat kita lebih mudah mengenali kelemahan-kelemahan kita sendiri dalam berbagai tindakan Pinokio.

Jauh berbeda dengan kisah serupa yang dipopulerkan dalam film animasi dan buku-buku bergambar bagi anak-anak kecil, Pinokio dalam versi aslinya, sebagaimana diterjemahkan dari bahasa Italia, diawali dengan tukang kayu yang ingin membuat kaki meja dari sepotong kayu. Saat dia menghampiri kayu itu dengan kapak di tangan, kayu itu menjerit.

Pada saat yang bersamaan, seorang pembuat boneka yang miskin bernama Gepeto meminta kayu kepada si tukang kayu itu untuk membuat sebuah boneka baru. Karena lelucon yang datang dari kayu yang kelihatannya tidak membahayakan itulah keduanya bertengkar hebat. Akhirnya si tukang kayu memberikan kayu berhantu itu pada Gepeto yang kemudian membawanya pulang dan mulai memahat boneka yang (dalam bayangannya) akan membuatnya kaya dan terkenal. Pengalaman memahat kali ini adalah yang teraneh sepanjang hidupnya.

Pinokio hidup menjadi anak laki-laki yang sangat riang tapi tidak mau mengikuti akal sehatnya sehingga dia salah arah dan mengalami pengalaman yang mencelakakan dari waktu ke waktu. Pinokio melakukan kesalahan pertama kali dalam hidupnya dengan mengabaikan nasehat Gepeto dan pergi nonton pertunjukan boneka ketimbang pergi ke sekolah. Nampaknya hal itu membuat Pinokio mengambil pilihan yang selalu saja salah. Dia memang berulangkali memutuskan untuk pulang kembali ke ayahnya tapi setiap kali ada kesempatan, dia akan membelokkan keinginannya itu.

Dengan adanya cukup banyak keajaiban dan absurditas yang menarik perhatian para pembaca yang masih sangat muda, sejumlah humor dan petualangan bagi para pemuda, serta satu atau dua pesan moral bagi orang-orang dewasa, Pinokio merupakan kisah yang cocok bagi semua orang, di semua musim, dan pada setiap kesempatan.

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-Share Alike 2.5 License.